Senin, 31 Desember 2012

MASJID AGUNG PALEMBANG


Masjid Agung Palembang atau disebut juga Masjid Sultan Mahmud Badaruddin II terletak diapit oleh jalan Jendral Sudirman, Jalan Merdeka, jalan Faqih Jalaludin dan jalan Cik Agus Kimas,  Kelurahan 19 Ilir,Kecamatan ilir Barat 1, Kodya Palembang,Provinsi Sumatera Selatan

Lihat Peta lokasi Masjid Agung Palembang di peta yang lebih besar

Masjid Agung Palembang atau disebut juga Masjid Sultan Mahmud Badaruddin II. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Palembang. Masjid ini merupakan peninggalan kesultanan Palembang dan dibangun tahun 1738 hingga tahun 1748. Masjid ini telah dilakukan beberapa kali renovasi dan perluasan.
 

Masjid Agung Palembang terletak pada lahan seluas ± 15.400 m2. Luas halaman masjid ± 2.250 m2 dan dipergunakan untuk shalat pada hari Jum’at dan hari raya (shalat Ied). Masjid agung tersebut terdiri atas ruang utama, serambi,dan bangunan tambahan.

Ruang utama
Denah ruang utama berbentuk bujursangkar,berukuran 23 × 23 m.Lantai
dilapisi karpet hijau.Ruangan dikelilingi dinding pada keempat sisinya. Pada ketiga dinding tersebut yaitu dinding sisi utara, timur, dan selatan masing-masing terdapat sembilan pintu terbagi dalam tiga kelompok. Tiap kelompok terdiri atas tiga pintu. Pintu utama terletak di tengah sedangkan yang dua lagi terletak di kiri-kanannya.Pintu utama di bagian tengah berukuran tinggi 4 m dan diapit oleh pintu berukuran tinggi 3,5 m. Pintu yang terdapat pada masjid tanpa daun pintu dan bagian atasnya berbentuk lengkungan berlapa lapis menyerupai pelipit. Ketiga pintu utama ini diapit lagi oleh ketiga pintu di kiri-kanannya denga tinggi 3 m dengan bentuk
lebih sederhana dari pintu tengah. Pada dinding barat terdapat empat buah jendela, masing-masing berukuran 3 × 1 m. Jendela terbagi atas dua bagian yaitu bagian atas dan bawah, terdiri dari dua daun jendela. Bagian atas daun jendelanya dari kaca, sedangkan bagian bawah dari kayu berukir serta dilengkapi dengan teralis kayu. Dalam ruang utama terdapat 16 belas tiang yang terdiri atas empat tiang soko guru (utan) dan 12 tiang penopang atap Tiang utama berbentuk segi delapan bagian bawah dilapis porseim setinggi satu meter. Di atas porselen terdapat hiasan tumpal polos berwama hijau tua. Tiang penopang bentuk dan hiasannya sama dengan tiang utama tetapi lebih kecil.

Mihrab
Mihrab yang dipergunakan sekarang merupakan mihrab baru dan terletak di sebelah kiri mihrab lama. Bentuknya lebih kecil dari yang lama dengan empat buah tiang bulat berwarna coklat tua dengan hiasan gelang-gelang emas di bagian atas dan bawah, serta su-lur-sulur dan daun-daunan berwarna keemasan. Dinding bagian belakang mihrab terdapat ukiran kaligrafi Muhammad dibuat berganda (Muhammad bertangkup).Semua hiasan dan kaligrafi berwarna emas. Pada puncak mihrab terdapat bentuk simbar. Di dalam mihrab yang lama terdapat lemari dan rak buku untuk menaruh Al-Quran dan buku-buku keagamaan lainnya. Luas ruangan 8,6 × 3,6 m dengan pintu di sisi utara dan bagian depannya terdapat tangga dengan enam anak tangga. Ruangan mihrab lama mempu-nyai atapnya terpisah dari atap masjid. Bentuknya limas berting-kat dua dengan ukiran bunga di setiap sudutnya. Pada puncak atapnya terdapat hiasan labu berganda.

Mimbar
Di sebelah utara mihrab terdapat mimbar dan mempunyai tangga di bagian depan dengan enam anak tangga dari batu. Pada tangga terdapat pipi tangga berhiaskan kotak-kotak dengan lubang kecil di tengahnya. Hiasan berwarna emas. Di bagiannya terdapat dua buah tiang persegi empat, berwarna coklat dengan hiasan bunga dan sulur. Bagian atas tiang berbentuk melengkung dan berhiaskan simbar yang distilir dengan bunga dan sulur-sulur dan diapit oleh dua buah bulatan. Pada mimbar atas terdapat pula tiang berbentuk segi empat yang menopang puncak mihrab dan bagian atas tiang berbentuk pelipit padma. Tiang kiri dan kanan bagian atasnya dihubungkan dengan lengkungan setengah lingkaran dan penuh dengan hiasan bunga berderet. Puncak mimbar merupakan sebuah tiang dari besi dengan dua buah bendera hijau bertuliskan huruf Arab. Pada dinding terdapat hiasan berupa lekukan lonjong dan deretan segi delapan dengan lubang ditengahnya serta membentuk bidang segi empat dengan hiasan garis-garis yang mempunyai bingkai.
Atap
Masjid Agung Palembang mempunyai atap tumpang bertingkat tiga dan yang teratas berbentuk limas dengan hiasan jural. Mustaka masjid berbentuk kuncup bunga (pengaruh Cina).
Ruang tambahan
Ruang I
Ruang berbentuk ‘U’ berjarak 6,5 m dari dinding utara dan selatan ruang utama, sedangkan dari dinding timur 9 m. Ruangan berukuran 36 × 32 m. Pada dinding timur terletak pintu masuk utama. Pada bagian tengah dinding terdapat tiga buah pintu. Pintu tengah berbentuk persegi panjang dan terdiri dari dua daun pintu dengan ukiran sulur-sulur dan bunga. Bagian atas daun pintu terdapat tulisan Arab yang menerangkan pembuatan dinding (1897). Di kiri-kanan pintu tengah terdapat pintu pengapit dengan hiasan wajik di bagian atas. Tinggi pintu ± 3 m dan pembatas antara pintu-pintu wsoixt adalah banga semu dengan hiasan pelipit. Selain ketiga pintu tersebut ada lagi sebuah pintu dengan dua daun pintu tanpa ukiran, berukuran sama seperti pintu lainnya. Jendela pada dinding tumur ada enam buah dengan dua daun jendela dan terbagi atas dua bagian yaitu atas dan bawah. Raglan atas dari kaca sedangkan bagian bawah dari kayu. Jendela tersebut dilengkapi teralis kayu beihiaskan bulatan-bulatan. Dinding utara dan selatan jumlah pintunya masing-masing dua buah dengan dua daun pintu. Beatuknya sama dengan pintu di dinding timur dan berhiaskan sulur-sulur. Sedangkan jendela ada enam buah pada masing-masing dinding dan sama dengan jendela dinding timur. Ruang tambahan pertama ini mempunyai atap tersendiri tidak bersatu dengan ruang utama. Bentuknya seperti rumah biasa berhiaskan jurai pada sisi atasnya dan pada ujung-ujung atap tersebut hiasannya berupa candi kecil dengan pelipit rata, padma, ratna, kumuda, dan puncaknya seperti kuncup bunga.
Ruang II
Ruang ini juga berbentuk ‘U’ seperti ruang tambahan I dan merupakan ruangan pertama ditemui saat memasuki masjid. Lantai dari ubin teraso dan dikelilingi dinding dengan pintu dan jendela. Pintu rang II ada sepuluh buah tanpa daun pintu hanya ditutup dengan teralis. Sembilan buah pintu bagian atasnya melengkung. Teralis terbagi dua bagian atas dan bawah. Teralis atas melengkung dengan hiasan tulisan Arab “Allah”, sedangkan bagian bawah berupa garis lurus berhiaskan silang (kali) sebanyak enam deret. Teralis dapat dibuka ke kiri-kanan. Pintu yang sebuah lagi berbentuk segi empat dengan teralis garis lurus dengan hiasan silang dan terletak di sudut barat laut. Jendela di ruang ini ada dua macam. Jendela pertama di sisi selatan dan timur berjumlah 10 buah. Bagian atas melengkung ditutup dengan teralis silang-silang dan berhiaskan sulur-sulur, kelopak bunga, dan segi delapan. Sedangkan bagian bawah terbuat dari semen. Jendela kedua sama dengan jendela pertama, hanya bagian bawahnya terbuat dari kayu berukir dengan hiasan bulatan dan terdapat di sisi utara. Dalam ruangan II terdapat banyak sekali tiang yang terdiri dari tiga macam tiang. Tiang I berbentuk bulat polos berwarna kuning gading berjumlah 32 buah. Dasar tiang berbentuk bujur sangkar dengan pelipit dan bagian atasnya juga berpelipit. Di atas pelipit terdapat bentuk bujur sangkar seperti dasar tapi lebih kecil dan tebal. Tiang II berjumlah 26 buah. Dasar (umpak) tiang berbentuk segi empat dan tingginya 80 cm dari porselin putih. Di atas umpak terdapat pelipit rata, pelipit setengah lingkaran, kemudian badan tiang membulat makin ke atas makin mengecil. Bagian atas terdapat hiasan motif kotak dengan pelipit setengah lingkaran. Tiang III bagian dasarnya bulat dengan garis tengah 75 cm dan tebalnya 13 cm. Jumlah tiang ada 34 buah. Badan tiang menempel dengan dasar, berbentuk bulat dengan tonjolan pada keempat sisinya. Pada bagian atas tiang terdapat hiasan menyerupai pelipit yang terdiri atas tiga lapis. Pelipit tengah bentuknya lebih menonjol dari yang dipinggir. Posisi pelipit tersebut melintang dan mengikuti bulatan tiang dan tonjolan segi empat pada keempat sisinya Keseluruhan tiang yang terdapat pada ruang II berderet dari barat-timur lalu membelok ke utara sepanjang sisi selatan dan akhirnya ke ujung timur ruangan. Fungsi tiang tersebut sebagai penyangga sekaligus merperindah dinding. Ruang II merupakan bangunan tingkat dua dan dihubungkan dengan tangga di sudut tenggara dan timur laut. Keduanya terbuat dari semen dan pegangannya dari kayu. Anak tangga dari ubin abu-abu. Di luar masjid terdapat tujuh buah tangga di ke empat sisi bangunan. Di sisi barat terdapat dua buah tangga, sebuah di utara dua buah masing­masing di sisi timur dan selatan. Tangga tanpa pegangan dan terdiri dari tujuh anak tangga. Lantai atas merupakan perkembangan bangunan karena bertambah jumlah jemaahnya. Fungsinya sebagai tempat shalat kaum wanita dan pengajian. Pintu ruangan berbentuk persegi panjang dengan bagian atas melengkung, sedangkan di atasnya meruncing. Pintu terdiri dari dua daun pintu yang terbuat dari kaca dengan pinggiran kayu. Jendela yang terdapat di ruang tersebut ada dua macam yaitu jendela yang mengapit pintu dengan dua daun jendela dengan hiasan empat kelopak bunga. Bentuknya persegi seperti pintu. Sedangkan jendela yang lain berhias garis horizontal dan vertikal dan kayu dan membagi kaca menjadi sembilan bidang. Pada dinding terdapat tiang semu dan di ruangan ada empat tiang yang terletak dekat tangga. Bentuk tiang bulat dan dasarnya juga berbentuk bulat tetapi lebih besar. Di luar lantai dalam terdapat selasar sehingga dapat mengelilingi bangunan atas. Atapnya berbentuk rata dan tecbula, terbuat dari semen.
Ruang III
Letak ruang III di sisi timur masjid dan merupakan bangunan baru (tahun 1970). Ruang mempunyai tiga buah pintu dan jendela tanpa daun jendela, hanya ditutup dengan teralis bertuliskan Allah dan Muhammad. Ruangan ini merupakan pintu (jalan) masuk melalui masjid yang hanya dibuka pada saat shalat Jum’at atau shalat Ied.
Ruang IV
Merupakan ruangan terbuka dengan teralis sebagai dindingnya, tetapi pada bagian atasnya terdapat dinding berhiaskan motif bujur sangkar berderet dan kelopak bunga di atas bujur sangkar tersebut. Dalam ruangan terdapat menara baru dengan pintu masuk menara di sisi timur ruangan ini juga.
Menara
Bagian lain sebagai penyerta masjid adalah menara. Menara yang terdapat di Masjid Agung Palembang ada dua buah yaitu menara lama dan baru. Menara lama sudah tidak berfungsi lagi karena telah banyak bagian yang rusak. Menara terdiri dari tiga tingkat dengan selasar di bagian luar. Pintu masuk berbentuk segi empat berdaun pintu dua dan bagian atasnya melengkung. Di atas pintu terdapat hiasan lengkung bertuliskan huruf Arab dua baris berwarna emas dan hijau. Di bawah lengkungan ada pelipit. Pintu untuk masuk ke selasar lebih kecil dari pintu bawah dan diapit oleh pilaster dengan pelipit rata dan pelipit miring. Untuk naik ke menara dipergunakan tangga dengan anak tangga sebanyak 80 buah dari besi, tetapi telah rusak. Pada tingkat tiga terdapat lubang angin di sisi timur dan di atasnya terdapat ruangan yang agak terbuka sehingga dapat melihat di sekitarnya. Menara baru terletak di tenggara masjid dengan tinggi ± 20 m terdiri dari lima tingkat. Bentuknya bulat langsing dan luarnya persegi dengan lubang angin di kedua sisinya. Pada setiap tingkat terdapat selasar dengan pagar kelilingi dari tembok berhiaskan lubang berbentuk wajik dan di bawahnya ada hiasan tumpal. Pintu menara terdapat di sisi tenggara dan untuk naik dipergunakan tangga dengan 130 anak tangga melingkar. Puncak menara berbentuk runcing dengan hiasan jurai.
Latar Sejarah
Masjid Agung Palembang atau lebih terkenal dengan nama Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. (Sultan Mahmud Badaruddin I) pada tahun 1738. Beliau memerintah di Kesultanan Palembang pada tahun 1724-1758. Pembangunan masjid memakan waktu selama sepuluh tahun. Menara masjid yang terlihat sekarang merupakan menara baru dan didirikan pada tahun 1970 dan merupakan sumbangan dari Pertamina. Bangunan masjid mempunyai perpaduan gaya Eropa yang terlihat pada pintu, gaya Cina pada bagian ujung atap yang terjurai dengan hiasan simbar. Status pemilikan Masjid Agung Palembang dikelola oleh Yayasan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin
Sumber tulisan http://kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=palembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar